Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2012

Harus Kujawab Apa?

Minggu, 22 Juli 2012 Tidak aneh apabila seorang anak kecil bertanya asal muasal seorang bayi lahir atau meminta kepada orang tua mereka untuk membuatkan adik baru. Hal yang lumrah ditanyakan oleh anak kecil dan bisa membuat semua orang yang mendengarnya tertawa, tetapi juga gugup karena tidak tahu harus menjawab apa. Namun adikku menanyakan hal yang membuatku menangis "Mbak, dulu aku sering diajak papa main ya?" Aku hanya mengangguk dan mengelus kepala adikku itu. Meskipun usianya 6 tahun, namun dia mampu mengingat hal-hal yang pernah dilaluinya. "Mbak ,sebenarnya aku pengen lihat papa dimakamkan ,tapi malah diajak mama pulang." Aku tahu kalau air mataku telah menetes, tetapi aku tetap berusaha menyembunyikannya. Dengan tersenyum aku menjawab. "Tidak apa-apa dek, kapan-kapan kita mengunjungi papa." Adikku kembali ceria dan aku tetap sedih.

Kesalahan Kecil

Jumat, 20 Juli 2012 "Tanganmu jangan seperti ini, ini salah! Jelas saja rokokmu jelek. Dipahami tho kalau diajari, jangan hanya menganguk tapi nggak tahu maksudnya." Aku diam. Seorang mandor yang masih muda dari kelompok lain sedang mengajariku. Namun akhirnya dia jengkel karena aku terus membuat kesalahan yang sama. Cigaret rokokku melenceng. Lalu dia memberi contoh lagi dan mengajariku perlahan. Aku pun mengikutinya dengan patuh. "Nah, caranya githu, rokoknya bagus kan." katanya setelah aku berhasil membuat rokok yang baik. Aku mengangguk dan membuat rokok lain. "Kesalahan kecil bisa merusak segalanya kan? Padahal hanya karena jempolmu bergerak saat menerima tembakau dari gilingan. Sepele namun membawa dampak." Lannjutnya sambil pergi meninggalkanku. Aku mengangguk lagi. Iya, kesalahan kecil memang mampu membawa dampak yang besar. Hanya karena aku tidak belajar serius, akhirnya aku tidak lulus SNMPTN. Hanya karena aku tidak memanfaatkan waktu dengan...

Sarjana vs Buruh

Senin, 16 Juli 2012 Berkali-kali aku berkata pada diriku sendiri untuk tetap sabar dan tidak memasukkan ke hati setiap kata-kata dari mandor. Hati ini terus menebal meskipun jengkel dengan setiap kata-kata omelan dari mandor. Namun aku kembali mengingat posisiku di pabrik, kalau aku hanyalah buruh harian. Bahkan aku tidak lebih tinggi dari yang sudah bekerja lama di sini. Setiap instruksi kulakukan dengan perlahan karena aku takut membuat kesalahan lagi. Apakah memang seperti ini ya rasanya bekerja di bawah orang? Harus tunduk pada senioritas dan sistem yang ada? Kalau ini yang terjadi, aku tidak ingin menjadi seorang bawahan. Bekerja di bawah tekanan atas perintah dari orang lain. Namun pikiranku harus logis. Posisi ditentukan oleh pendidikan. Aku harus menuntut ilmu sebaik mungkin. Harus jadi sarjana kata nenek, biar bisa jadi pegawai tinggi. Jangan mau pasrah, menerima keadaan yang standart dan biasa.Aku bertekad tidak mau bekerja menjadi buruh dan aku bertekad untuk belajar deng...

Kuliah di Pabrik

 Jumat, 13 Juli 2012 Pabrik rokok Sampoerna sangat besar dan luas. Di dalamnya terdapat ribuan karyawati yang memiliki tangan sepercepat untuk membuat tembakau-tembakau menjadi satu wujud rokok. Aku memandang mereka dengan takjub. Apakah aku bisa bekerja seperti mereka? "Kerja di sini harus semangat." kata seorang mandor sambil membetulkan topi kerjaku dan membimbingku ke deretan orang yang tengah membuat rokok. Iya, dimanapun kita berada, kita harus semangat. Tidak boleh menyerah hanya karena merasa tidak mampu untuk melakukan. Mandor tersebut mengajariku memesut (merekatkan lem pada cigaret dan mengecek apakah rokok tersebut layak) dan mengelem puluhan cigaret dalam waktu yang bersamaan. Dengan gugup aku mematuhi perintah-perintah tersebut. Takut membuat kesalahan. Seorang wanita yang berada di sebelahku tersenyum padaku. "Sudah berapa lama kerja di sini mbak?" Tania. Aku mengetahui namanya dari kertas yang ditempel pada gilingan rokoknya. "Baru sebu...