WALITURA
Aku kagum dengan mereka. Mereka tidak bisa
mendengar, tetapi mereka memiliki semangat. Setiap dua minggu mereka akan
berkumpul di lapangan Pancasila dan berusaha bersosialisasi dengan masyarakat.
Mereka membuat banner, MMT kecil dan membuat tulisan “Belajar Bahasa Isyarat.
GRATIS!”.
Aku kagum dengan mereka. Mereka tidak bisa mendengar, tetapi senyum mereka berbicara. Mereka mengajarkan kepada orang-orang yang tertarik kepada mereka dan tertarik dengan bahasa isyarat. Meskipun mengajarkan bahasa dengan cara yang berbeda juga merupakan kendala terbesar, namun mereka mengajar dengan sabar. Aku ingat ketika aku tidak bisa mengingat satu gerakan yang menggambarkan satu kata setelah berkali-kali aku diajari, mereka membuat gerakan yang mengatakan bahwa aku pelupa dengan gaya mereka yang kocak. Dan kami pun akhirnya tertawa.
Aku kagum dengan mereka. Mereka tidak mendengar, tetapi mereka sama sekali tidak malu. Dengan siapapun mereka akan berusaha mengajak berbicara dan mengenal orang-orang baru. Aku merasakannya pada waktu aku pertama kali datang, mereka menerimaku dan mereka saling memperkenalkan diri, padahal aku masih awam dan belum mengerti banyak tentang bahasa isyarat, namun mereka tetap menganggapku sebagai salah satu anggota mereka yang baru.
Aku kagum dengan mereka. Mereka tidak mendengar, tetapi mereka bisa mengobrol seru satu sama lain. Mereka menceritakan banyak hal dan tertawa lepas setelahnya. Bahkan aku seperti orang dari planet lain yang sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.
Aku kagum mengenal teman-teman Walitura (Wahana Peduli Tuna Rungu Salatiga), mereka yang bertahan dan belajar mengatasi kekurangan yang mereka miliki. Mereka membuatku belajar bersyukur atas hidup yang telah kumiliki. Karena aku sendiri sering mengeluh ketika aku memiliki masalah. Sekarang aku yang tersenyum karena melihat mereka yang benar-benar menghargai diri mereka. Kurasa aku sangat bodoh kalau aku merasa minder.
Aku kagum dengan mereka. Mereka tidak bisa mendengar, tetapi senyum mereka berbicara. Mereka mengajarkan kepada orang-orang yang tertarik kepada mereka dan tertarik dengan bahasa isyarat. Meskipun mengajarkan bahasa dengan cara yang berbeda juga merupakan kendala terbesar, namun mereka mengajar dengan sabar. Aku ingat ketika aku tidak bisa mengingat satu gerakan yang menggambarkan satu kata setelah berkali-kali aku diajari, mereka membuat gerakan yang mengatakan bahwa aku pelupa dengan gaya mereka yang kocak. Dan kami pun akhirnya tertawa.
Aku kagum dengan mereka. Mereka tidak mendengar, tetapi mereka sama sekali tidak malu. Dengan siapapun mereka akan berusaha mengajak berbicara dan mengenal orang-orang baru. Aku merasakannya pada waktu aku pertama kali datang, mereka menerimaku dan mereka saling memperkenalkan diri, padahal aku masih awam dan belum mengerti banyak tentang bahasa isyarat, namun mereka tetap menganggapku sebagai salah satu anggota mereka yang baru.
Aku kagum dengan mereka. Mereka tidak mendengar, tetapi mereka bisa mengobrol seru satu sama lain. Mereka menceritakan banyak hal dan tertawa lepas setelahnya. Bahkan aku seperti orang dari planet lain yang sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.
Aku kagum mengenal teman-teman Walitura (Wahana Peduli Tuna Rungu Salatiga), mereka yang bertahan dan belajar mengatasi kekurangan yang mereka miliki. Mereka membuatku belajar bersyukur atas hidup yang telah kumiliki. Karena aku sendiri sering mengeluh ketika aku memiliki masalah. Sekarang aku yang tersenyum karena melihat mereka yang benar-benar menghargai diri mereka. Kurasa aku sangat bodoh kalau aku merasa minder.
Komentar
Posting Komentar