27 Oktober 2018
Pengalaman bermula dari batang pohon kepala kecil yang disulap jadi tangga oleh penduduk di desa itu. Tangan kananku memegangi sarung yang melilit tubuhku dan tangan kiriku memegang baju dan alat mandi. Dengan kaki telanjang, aku dan teman-temanku menuju ke sungai di belakang rumah yang kutumpangi. Sungai itu sudah seperti WC umum terbesar. Semua aktivitas belakang dilakukan di sungai. Mandi, mencuci, berak, kalau kencing masih bisa di belakang rumah (baca : di tempat cucian piring). Laki-laki, perempuan, tua, muda, dewasa, anak-anak, semua sudah terbiasa dan menjadikan sungai sebagai bagian dari kehidupan mereka. Para wanita tidak malu pergi ke sungai hanya memakai kemben atau sarung. Seringkali mereka juga ganti pakaian di tempat terbuka itu. Para lelaki juga tidak pernah merasa termotivasi untuk melakukan tindakan asusila ketika melihat pemandangan itu. Wanita-wanita tersebut juga tidak takut terciduk oleh ormas-ormas cerewet yang sibuk menentukan haram-halal, susila-asu...