Segelas Air Putih
Bibirku terkunci rapat dan wajahku menegang. Berusaha menahan luapan emosi yang menyesak dada. Sebenarnya kalau bisa, aku ingin berteriak dan memarahimu habis-habisan. Atau menjauh darimu, melepaskan tanganku yang melingkari tubuhmu dan tidak mau peduli dengan keadaanmu. Namun tangisanmu mengisyaratkan betapa menderitanya kamu, meskipun aku tidak bisa memastikan apakah ada penyesalan di dalamnya. Kamu terus menangis dengan bahu yang terguncang hebat dan di sela tangisanmu kamu mengatakan bahwa kamu sekarang seperti genderang yang telah pecah permukaannya, menjadi lebih tak berarti karena kamu telah berkali-kali melakukannya. Dan penderitaanmu semakin tampak karena kamu putus dengan laki-laki brengsek yang kau puja. Ingin rasanya aku mendatanginya dan meminta pertanggung jawaban atas apa yang telah dilakukannya padamu. Tetapi hati kecil ini berkata apa hakku?
Kuambilkan kau segelas air putih, agar kau bisa lebih tenang setelah meminumnya. Ketika air itu tandas perutmu, keluar jugalah pengakuan dari mulutmu. Penyesalan yang tak ada gunanya memang kamu rasa, namun rasa takut seandainya dia marah kalau kamu menolak permintaannya lebih menyelimuti dirimu. Aku hanya bisa prihatin dengan keadaanmu. Dan muncul rasa kasihan padamu karena cinta telah membutakanmu. Namun aku hanyalah sekedar sahabat, bukanlah orang tua yang mampu melarangmu. Sekedar menghiburmu, agar kamu tidak merasa nelangsa dan tidak berarti lagi.
Tapi kamu masih berarti, sahabat. Meskipun kau tidak seperti dulu lagi. Apa yang kamu lakukan tidak akan membuat hidupmu berakhir. Kamu hanya perlu menjalani hidupmu tanpa dia dan memulai lagi dari awal. Dan ingatlah kalau kamu tidak pernah sendiri menjalan hidup ini. Jangan takut tentang masa depan. Dia hanya merusakmu, bukan masa depanmu.
Berjuanglah agar kamu menjadi lebih baik.
Kuambilkan kau segelas air putih, agar kau bisa lebih tenang setelah meminumnya. Ketika air itu tandas perutmu, keluar jugalah pengakuan dari mulutmu. Penyesalan yang tak ada gunanya memang kamu rasa, namun rasa takut seandainya dia marah kalau kamu menolak permintaannya lebih menyelimuti dirimu. Aku hanya bisa prihatin dengan keadaanmu. Dan muncul rasa kasihan padamu karena cinta telah membutakanmu. Namun aku hanyalah sekedar sahabat, bukanlah orang tua yang mampu melarangmu. Sekedar menghiburmu, agar kamu tidak merasa nelangsa dan tidak berarti lagi.
Tapi kamu masih berarti, sahabat. Meskipun kau tidak seperti dulu lagi. Apa yang kamu lakukan tidak akan membuat hidupmu berakhir. Kamu hanya perlu menjalani hidupmu tanpa dia dan memulai lagi dari awal. Dan ingatlah kalau kamu tidak pernah sendiri menjalan hidup ini. Jangan takut tentang masa depan. Dia hanya merusakmu, bukan masa depanmu.
Berjuanglah agar kamu menjadi lebih baik.
Komentar
Posting Komentar