1 Oktober 2013
Mataku nanar ketika melihat pengumuman
lomba essay Tempo Institute. Rasa penasaran dan khawatir yang mengganggu sejak
pagi telah tergantikan dengan perasaan kecewa. Namun sebenarnya aku telah
menduga kalau menang dalam lomba tingkat nasional itu sangat mustahil. Sejak
seminggu ini aku terus membayangkan responku ketika menang, apakah aku akan
menangis terharu dan responku ketika kalah, apakah aku akan menangis terus. Jadi
aku telah menyiapkan diriku untuk menerima segala kemungkinan.
Kembali aku berimajinasi, bagaimana ya
rasanya menjadi 32 orang finalis yang lolos untuk mengikuti kemah kepemimpinan?
Yang nama mereka tercantum dalam halaman web dan memiliki kesempatan untuk
menjadi pemenang? Apakah mereka meloncat kegirangan? Berteriak histeris karena
telah mengalahkan 1379 peserta lain? Atau menangis terharu? Bagiku, tidak perlu
menjadi pemenang untuk menangis terharu, sebagai peserta yang kalah saja aku
menangis. Dalam hati. Kecewa.
Menang di tingkat nasional mustahil? Bohong. Sejak kapan kau hidup dalam kemustahilan? Cek http://ay-heyday.blogspot.com/2013/10/fighting_6.html?showComment=1381186715393#c6453239043570767243
BalasHapus