Menghargai Waktu
10.15
Tinggal seminggu lagi waktu pertunjukan kami dimulai.
Waktu yang sangat singkat untuk membuat drama ini menjadi sempurna dan enak
dilihat. Aku beserta lima orang kawanku menunggu di hall sambil mengerjakan
tugas Semantic. Kurang tiga orang lagi yang belum terlihat sosoknya. Siang ini
hall cukup ramai dipenuhi teman-teman yang berkumpul untuk mengerjakan tugas
kelompok atau latihan drama. Ah, tugaskku
bahkan belum kusentuh, terlalu banyak hal yang harus kulakukan dan banyak waktu
kudedikasikan untuk drama ini, pikirku.
11.20
Aku pun mulai resah menunggu. Teman-teman yang lain
juga mulai pamit pergi untuk membeli makan siang. Aku menghampiri Berta dan
bertanya dimana teman-teman yang lain. “D baru bangun tidur, A katanya lagi
nunggu D, kalau E aku ga tahu, nomernya ga bisa dihubungi.” Aku mulai marah.
Kami sepakat untuk datang latihan jam 10, tapi setelah satu setengah jam
berlalu mereka bahkan masih terbungkus rapat di dalam kamar mereka. Aku pun
mengirim pesan kepada E yang dibalas beberapa menit kemudian. Dia beralasan
kalau sedang sakit perut. Tapi temanku yang lain mengatakan kalau E sedang
latihan drama, dan temanku yang lain mengatakan bahwa dia sedang rapat. Astaga,
kebohongan apa yang sedang dia lakukan? Berta pun pulang membawa rasa jengkel.
Dia tidak mau menghabiskan waktunya dengan menunggu teman-teman yang tidak tahu
diri.
Lalu aku mulai mengusir teman sekelompokku dan
menyuruh mereka pulang, kukatakan kalau tidak ada latihan drama. Pada saat
bersamaan E datang tanpa mengucapkan sepatah kataku. Bahkan sindiran-sindiranku
tidak membuatnya berkata-kata. Aku semakin kecewa dan jengkel ketika D dan A
datang dengan santai tanpa merasa bersalah atau apapun. Seakan-akan mereka
tidak mengerti bahwa mereka telah membuat teman-teman yang lain menunggu. Hari
ini kesabaranku benar-benar diuji dengan tingkah para mahasiswa yang tidak tahu
cara menghargai waktu.
Ya Tuhan!!
Komentar
Posting Komentar