Pasar Loak




Sewaktu saya menyusuri jalanan di pasar shopping, pasar yang menjual-belikan barang-barang bekas, ada satu hal yang saya pelajari bahwa pasar ini adalah versi sederhananya toserba. Semua benda yang menyangkut kehidupan sehari-hari manusia bisa ditemukan di sana. Dari laker motor, kipas angin rusak, kaset, baju bekas, tetapi barang yang sering dijual adalah alat-alat elektronik serta onderdil kendaraan.
          Yang membuat saya geli adalah ketika ada motor yang datang dengan membawa bronjong, orang-orang pasti langsung mengerumuni dan bertanya dengan antusias “bawa apa! Bawa apa!” Karena kata orang, jikalau kita beruntung maka kita bisa mendapat yang bagus di pasar shopping.
          Semakin menyusuri jalanan yang padat dengan kerumunan orang dan suara sound system yang menyiarkan lagu dangdut, saya semakin percaya kalau pasar ini memang toserba sederhana. Toserba yang menampung barang-barang secondhand atau entah barang dari tangan keberapa. Ya memang barang bekas yang ada di pasar itu, tetapi menurut saya tidak sepenuhnya barang di sana buruk. Saya melihat ada barang-barang yang masih bagus tetapi dijual karena mungkin sang pemilik semula sudah bosan dan sudah membeli lagi. Dan barang-barang inilah yang biasa diperebutkan orang. 

Selain bisa membeli barang-barang, orang-orang juga bisa menjual barang bekas juga di sana. Pilihan ini mereka ambil karena harga jual di pasar ini lebih besar daripada barang bekas di pengepul, yang hanya dibayar sesuai dengan beratnya saja. Contohnya adalah saya pernah menemani Jeee menjual stick PS dan kipas angin. Jadi kami berkeliling dari satu pedagang ke pedagang lain untuk menawarkan barang yang kami bawa tersebut. Ah pengalaman seperti ini selalu membawa saya ke dalam pemikiran panjang, orang-orang seperti inilah yang sebenarnya membantu mengurangi ledakan konsumerisme. Lihatlah, mereka tidak ikut-ikutan menyusuri supermarket-supermarket dan membeli alat-alat elektronik yang baru dan membuangnya serta membeli lagi yang baru kalau mereka bosan. Mereka tidak mengenal yang namanya gengsi. Mereka tidak malu menyusuri pasar loak dan mencari atau menjual suatu barang. Bahkan ada yang menjadikan proses jual-beli barang bekas ini sebagai mata pencaharian mereka. Saya membayangkan kalau tidak ada pasar shopping ini, bukankah akan semakin banyak sampah elektronik. Orang-orang akan terus-terusan membeli, membeli dan membeli lagi kalau ada barang-barang yang lebih baru dan canggih. Entah karena kapasitas kantong mereka yang tidak sesuai dengan harga barang di pasaran atau kerana mereka suka menjual dan membeli barang di pasar shopping, tetapi yang jelas saya  menghargai mereka atas bantuan tidak kasat mata yang mereka lakukan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

The 8th

WALITURA

Terminal Semester Ini