Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2012

Gunung Ungaran

Kamis, 16 Agustus 2012           Bau air. Bau kayu yang membusuk karena setiap hari kena air. Bau daun-daun kering dan bau khas pepohonan hutan serta bau keringat 18 orang yang menyusuri jalanan terjal dan menanjak. Nafas yang kembang kempis dan wajah kemerahan, mengiringi tujuan kita untuk mendaki gunung Ungaran. Bau-bau, suara-suara langkah kaki dan dengusan nafas itulah yang membuat semangat semakin membara dan kaki terayun cepat agar segera sampai ke puncaknya. Aku pun juga tak sabar untuk segera beristirahat dan melewati malam yang berlalu di atas gunung. Kulayangkan pandanganku ke sekelilingku yang penuh dengan pohon-pohon dan batu besar, menandakan kalau sedikit lagi sampai puncak. Di atas pun ada bintang-bintang yang menghiasi malam ini. Kakiku yang sakit ,karena sudah lama tidak mendaki, pun seperti tak terasa. Semangat....!!! semuanya akan digantikan oleh kepuasan batin dan rasa senang yang membuncah karena telah menginjak punca...

Ayo Bangkit.....!!!!

Rabu, 15 Agustus 2012 Aku menatap novel tebal berwarna hijau itu, “Please, Lool After Mom”, kertas kadonya telah sedikit terkoyak. “Jangan pernah malas membaca, Ta. Pokoknya baca habis buku ini. Jangan malas ya.” Aku tertawa mendengar kata-kata sahabatku, Arina. Dan mengucapkan banyak-banyak terima kasih untuk kadoke2 ini. Dia telah memberiku syal dan penutup kepala berwarna pink, warna yang kubenci namun sengaja dipilihnya untukku, sebagai kado ulang tahun katanya. Dan buku ini sebagai kado persahabatan, yang sebenarnya sudah lama disimpan untukku.           Speechless. Aku kehilangan kata-kata. Hanya bisa kugantikan dengan tawa dan ucapan terima kasih. Arina mengerti betapa besarnya semangatku menghadapi dunia, menantangnya dan berpijak di atasnya. Dan dia juga tahu kalau aku sedang melemah. Hanya karena aku tidak berada pada tempat yang kuinginkan. Kuliah di kedokteran. Aku tahu semangatku memang sedang luntur dan kendor. Malas untuk...

Positive Thinking

Minggu, 29 Juli 2012           Aku sedih. Menangis. Tidak ada seorangpun dalam keluargaku yang mengingat hari ulang tahunku. Meskipun aku memang tidak menuntut apapun dari keluargaku, namun setidaknya ada perhatian dari mereka. Bahkan mama juga tidak ingat. Dia sibuk mengurusi masalahnya sendiri dan memperburuk hari ini dengan mengomel berkepanjangan. Aku kecewa. 6 am Arina meneloponku untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Aku sedikit terhibur mendengar suara sahabatku yang selalu penuh semangat itu. Ah, semoga aku menjadi semakin optimis seperti dia. 1 pm Aku kaget melihat sosok Kak yonathan, temannya Jeee, berdiri di pintu belakang rumahku.  Dia membawakan 9 bungkus kolak. Darimana dia tahu rumahku ya? Padahal daerahnya agak pelosok. Tak berapa lama kakak-kakak perkantas datang. Mereka membawakanku sepotong kue dan kami saling bercerita. Rata-rata dari mereka bilang kagum denganku yang energic, antusias, optimis, pintar,...

Tidak Ada yang Abadi

Tangan yang putih dan menua itu menggandengku, rambut panjangnya telah memutih dan dibiarkan terurai. Jalannya pelan namun mantap, nada bicaranya pun tidak begitu jelas tetapi masih bisa dimengerti. Meskipun begitu, beliau adalah orang tua yang paling ramah di panti jompo itu, dia suka berjalan-jalan dan menjenguk teman-teman sesama penghuni panti jompo yang hanya bisa terbaring di tempat tidur, bahkan menyambut setiap tamu yang datang berkunjung. Menyambut ketika aku dan Jeee datang untuk mengunjungi mak Nien, serta mengantar kami menuju kamar nomor 17. Seketika itu juga aku terenyuh melihat mak Nien yang terbaring sakit, tubuh mungilnya meringkuk tak berdaya di atas tempat tidur. Segera Jeee duduk di sampingnya dan menggandeng tangan mak Nien yang lemah. Jeee  bertanya pada mak Nien, yang hanya dibalas beberapa patah kata dan anggukan. Selain itu hanya kata-kata ‘aku senang lihat kamu sekarang’ yang keluar. Aku terpaku serta menahan air mata yang telah siap keluar. Aku memang...