Tidak Ada yang Abadi
Tangan yang putih dan menua itu
menggandengku, rambut panjangnya telah memutih dan dibiarkan terurai. Jalannya
pelan namun mantap, nada bicaranya pun tidak begitu jelas tetapi masih bisa
dimengerti. Meskipun begitu, beliau adalah orang tua yang paling ramah di panti
jompo itu, dia suka berjalan-jalan dan menjenguk teman-teman sesama penghuni
panti jompo yang hanya bisa terbaring di tempat tidur, bahkan menyambut setiap
tamu yang datang berkunjung. Menyambut ketika aku dan Jeee datang untuk
mengunjungi mak Nien, serta mengantar kami menuju kamar nomor 17. Seketika itu
juga aku terenyuh melihat mak Nien yang terbaring sakit, tubuh mungilnya
meringkuk tak berdaya di atas tempat tidur.
Segera Jeee duduk di sampingnya dan
menggandeng tangan mak Nien yang lemah. Jeee
bertanya pada mak Nien, yang hanya dibalas beberapa patah kata dan
anggukan. Selain itu hanya kata-kata ‘aku senang lihat kamu sekarang’ yang
keluar. Aku terpaku serta menahan air mata yang telah siap keluar. Aku memang
orang lain bagi mak Nien, namun aku merasakan betapa pedihnya mak Nien yang
sendirian di panti jompo tanpa sanak famili. Hanya ada ibu tua tadi yang
mengunjungi dan mengambilkan makanan untuk mak Nien. Ibu tadi dan seorang ibu
yang lain memberi tahu kalau mak Nien tidak mau makan, setiap ada makanan
selalu disimpan. Sehingga tubuhnya menjadi kurus dan tidak mampu lagi berdiri
pada kakinya. Aku keluar. Menangis. Teringat pada papa. Papa juga tidak mau
makan. Terkadang papa juga tidak ada yang menjaga karena aku kuliah. Dadaku
benar-benar sesak dan perasaan sedih seperti menyelimuti diriku. Apakah selalu
seperti ini siklusnya? Dari bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa dan menua.
Memiliki tubuh yang sehat, kuat, aktif dan bagus, namun pada akhirnya akan
menjadi seperti anak-anak lagi karena tidak sekuat dulu. Ironisnya, saat orang
tua mengasuh dan membesarkan, mendidik agar memiliki karakter yang baik dan
menjadi orang yang sukses serta memberikan kasih sepenuh hati untuk
anak-anaknya. Namun saat keadaan berbalik, saat orang tua ganti membutuhkan
kasih sayang anak-anaknya dan asuhan yang layak, ganti anak-anaknya menyerahkan
orang tuanya pada orang lain. Dan mereka sibuk melakukan aktivitasnya.
Semua hal memang tidak ada yang abadi. Dan
memang benar kalau tidak ada gunanya menyombongkan apa yang kita miliki. Harta.
Kekuasaan. Kehormatan. Kecantikan. Fisik yang bagus. Karena samua itu pasti
melebur bersama waktu. Ketika saatnya semua hal itu diambil dari kita, kita
hanya bisa mengenangnya. Kudengar Jeee sedang memaksa mak Nien untuk makan. Dan
tidak ada jawaban dari mak Nien. Ya, tidak ada yang abadi. Bahkan makanan yang kita makan juga tidak
akan terus bersarang dalam tubuh kita. Waktu akan terus berputar. Tanaman akan
terus bertumbuh. Bumi akan terus berotasi mengganti masa yang telah ada. Aku
pun ikut memaksa mak Nien untuk makan. Agar kami lega saat meninggalkan tempat
itu nanti. Kami pun berdoa kepada Bapa, memohon belas kasihNya dan kekuatan
untuk mak Nien. Biarlah kehendakNya yang jadi dan kasihNya yang abadi. Amin.
Komentar
Posting Komentar