Menurut saya....
Tidak pernah sedetikpun saya memandang rendah orang-orang yang berniat
mengabdikan dirinya kepada Tuhan. Mereka yang mendarmakan waktu untuk melayani,
mengambil beberapa tahun sekolah Theologia, dan melakukan segala sesuatu untuk
membela imannya. Tidak pernah sekalipun!
Bahkan sebaliknya. Mereka
adalah orang yang mengagumkan. Rela dengan sepenuh hati untuk melayani dan
mempelajari tentang eksistensi Tuhan. Di semester ini, ketika saya bergulat
dengan tiga mata kuliah Theologia dan menjadi salah satu dari mahasiswa
Theologia, saya sadar bahwa pengabdian dan ketaatan adalah hal yang sangat penting.
Pengalaman bertahun-tahun
dalam pendidikan reguler dan bertemu dengan bermacam-macam orang, membuat saya
menjadi seorang yang sangat terbuka. Saya sering bertemu dan berteman dengan
orang-orang yang bertentangan dengan fenomena alkitab. Free sex, homoseksual,
lesbian, rokok, tatto, tindik, bolos kuliah dan sebagainya. Sehingga sedikit
banyak saya berpikiran secara bebas dan tidak menganggap hal-hal tersebut tabu.
Namun pengalaman pelayanan di
gereja juga membuat saya tidak terpengaruh dengan hal semacam itu. Bagi saya
semuanya itu tidak pernah memuaskan hasrat saya. Saya puas ketika saya
mengunjungi orang tua jemaat gereja, mengajar sekolah minggu, membantu pelayanan
pemuda dan gereja. Tetapi dalam hal inilah ketaatan sangat diperlukan.
Bagaimana seorang seperti saya harus bersikap halus, memakai rok dan
benar-benar menjaga diri ketika berada di lingkungan sekolah alkitab. Kalau
biasanya saya melakukan pelayanan dengan sebagaimana diri saya, kali ini saya
harus taat dengan identitas baru sebagai mahasiswa Theologia. Mungkin saya bisa
bertindak apa saja, tetapi saya bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Saya sadar kalau ketaatan dan sikap yang baik diperlukan karena tidak hanya
pengetahuan tentang alkitab saja tetapi juga karakter yang seperti Yesus.
Namun di sisi lain saya mulai
menuntut juga. Sama seperti keadaan menuntut saya untuk berubah. Saya berpikir
bahwa orang yang melayani juga harus berpikiran terbuka dengan fenonema
kehidupan yang terjadi sekarang ini. Jadi tidak hanya mengkotakkan dunia
menjadi hitam dan putih saja. Kalau tidak sesuai dengan alkitab, langsung dicap
sebagai sesuatu yang salah.
Saya pikir seorang hamba Tuhan
harus memiliki soft skills yang bagus
terutama dalam problem solving. Tidak
mungkin hanya memberi khotbah dan berseru-seru “bertobatlah sebab kerajaan
Surga sudah dekat’ kepada seorang anak muda yang berandalan atau kepada jemaat
yang ketahuan korupsi uang persembahan. Bukankah pendekatan pribadi dan praktek
nyata kasih lebih dibutuhkan disini?
Pikiran saya menjadi skeptis
dan lebih suka berpikir praktis. Katakanlah saya tidak ingin berpusat pada
hal-hal theologis saja. Bukankah Yesus sendiri berkata "sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." Bagi saya,
firman Tuhan itu penting. Tetapi tidak hanya mendengar firman saja, melainkan
bagaimana kita melakukan firman itu.
Sungguh kawan, tidak ada
maksud meremehkan atau menganggap materi Theologia itu tidak penting, tetapi saya pikir semua itu sia-sia tanpa praktek yang nyata. Lagipula itu kembali lagi pada ‘menurut saya’. Itu saya yang menganggap firman adalah
dasar tetapi perbuatanmu itu adalah buah iman.
Hai, Ta :)
BalasHapusDefinisi iman adalah mengucapkan dengan lisan, mengakui di dalam hati, dan melakukan dengan amal. Keep fight!