Puhanayu


Panggilannya Ayu. Puhanayu. Dia bilang namanya berasal dari Poewan yang diambil dari bahasa Jawa artinya perasan dan di-Indonesiakan menjadi Puhan, lalu kata ayu yang berarti cantik. Secara  keseluruhan arti namanya adalah perasan terakhir yang cantik. Ya, karena dia adalah bungsu dari lima bersaudara. Ketika pertama kali mengetahui namanya, hanya satu kalimat yang terbersit di benakku ‘namanya saja sudah mengandung arti seni’. Dia seorang kartunis dan sering mendapatkan orderan untuk menggambar wajah orang dengan aliran karikatur. Di sela-sela waktu menggambar, tangannya yang tidak bisa diam akan merangkai mote-mote, kain perca atau manik-manik untuk dijadikan berbagai macam aksesoris. Pengisi benda-benda handmade untuk toko yang mulai dirintisnya. Satu kata tambahan untuknya ‘superkreatif’.
Sore itu, aku datang ke tokonya bersama seorang teman. Dan aku menumpahkan semua keluh kesahku tentang gali dana untuk anak-anak sekolah minggu. Tiga ratus ribu dalam satu minggu. Ingin rasanya aku menyerah karena aku dan teman-teman yang lain tidak mungkin menggali dana kepada jemaat yang jumlahnya tidak mencapai murid satu kelas,  apalagi gereja kami juga sedang menggali dana untuk pembangunan gereja. Ayu hanya tertawa menanggapinya, ‘jangan panic githu ah, jual popcorn aja, untungnya banyak lho. Nanti kamu bisa ambil beberapa aksesoris terus bisa kamu jual, kan dapat untung. Dan ini kartu ucapan, kertas surat, amplop lucu-lucu kamu jual aja, buat kalian’. Hening. Aku menganga tidak percaya, ‘daripada kamu bingung kan.’ Katanya sambil makan kripik pisang. Nnnyyyyyessss. Seember es mengguyur kepalaku. Yang diikuti ledakan kegembiraanku. 
Betapa respon santainya menamparku. Kenapa harus takut? Kenapa harus panik dan bingung harus berbuat apa? Padahal ada banyak jalan keluar yang bisa kita lakukan ketika kita berpikir tenang atau meminta saran orang lain.Sekarang aku tersenyum. Dan mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada Ayu. Para seniman memang selalu mengagumkan dengan karya-karya ajaibnya dan mengejutkan dengan pandangannya terhadap kehidupan.


Komentar

  1. Hanya mengubah paradigma :)
    Aku sepakat, peesimisme dan ketakutan kita pada hal-hal yang tak terjadi telah mengukung mimpi-mimpiku...
    Salam sahabat dariku untuk Puhan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku masih belum bisa mengubah paradigma dan sekarang aku seperti kehilangan mimpi.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

The 8th

WALITURA

Terminal Semester Ini