Setia Dalam Perkara Kecil


Senin, 5 Mei 2014
Aku berlatih memainkan gitar. Aku memahami perubahan kunci dan nada dasarnya. Aku juga bisa memainkan beberapa lagu bertempo lambat dengan benar. Aku tidak mengatakan dengan baik karena aku sadar masih ada senar yang tidak bergetar ketika kugenjreng. Tekanan tanganku pada senar masih kurang kuat. Masalah terbesar yang kuhadapi adalah aku kesulitan mengiringi lagu yang bertempo cepat, karena aku masih belum pandai menggenjreng. Dengan sabar temanku, sebut saja Deni, mengajariku menggenjreng. Berkali-kali Deni memberi contoh, lalu melihatku mengikuti gerakan tangannya. Deni juga menggenjreng mulai dari pelan lalu berubah menjadi cepat. Namun tetap saja aku masih kesulitan untuk mengatur tanganku agar mengikuti tempo lagunya. Ketika di tengah lagu tempoku selalu berubah atau aku telat pindah kunci. Aku sedikit malu karena aku lambat belajar.  

Lalu dia menyuruhku untuk menekan semua senar dan menggenjreng gitar. Tidak suara atau getaran yang keluar, hanya suara crekk crekk crekk yang tertahan. Deni menyuruhku melakukan gerakan ini terus menerus. Aku mendengarkan suara getarannya yang tertahan, merasakan gerakan tanganku yang menggenjreng dan menghafal gerakannya. Aku berusaha meminta bantuan otak kananku agar berfungsi mengenali nada ini. Namun otak kanan justru membawaku ke dalam imajinasi. Imajinasi tentang diriku yang sedang berada di atas gunung yang asyik mengiringi teman-teman bernyanyi. Lama sekali aku melamun dan menyadari kalau tanganku lelah. Aku kembali kepada dunia. Deni menatapku dengan senyum geli. Aku pun tertawa. Bagaimanakah aku mengatakan kepadanya kalau aku bosan berlatih menggenjreng seperti ini? Aku menuruti perintahnya untuk tetap menggenjreng seperti itu. 

Aku mengangguk pelan dan melakukannya. Tekadku hanya satu, aku tidak ingin terlihat pesimis atau ingin menyerah. Kugenjreng senarnya perlahan lalu berubah menjadi cepat dan semakin cepat. Otak kananku kembali membawaku ke dalam imajinasi. Kali ini aku teringat dengan film Karate Kid yang diperankan. Dalam film itu Jaden Smith ingin berlajar karate agar bisa menghajar teman-temannya yang suka membully dirinya. Namun Jackie Chan malah mengajarinya menggantungkan jaket, menurunkan, memakai, melepasnya, lalu kembali menggantungkan jaket. Itulah pelajaran selama sehari. Ketika Jaden mulai jenuh dan protes, Jackie Chan melakukan serangan tiba-tiba. Ternyata semua gerakan dengan jaket itu adalah pembelajaran tentang tangkisan. 

Aku kembali pada dunia sekarang. Bukankah yang kualami sekarang ini adalah sama dengan Jaden. Latihan sederhana yang terus menerus tetapi memiliki manfaat yang besar. Menggenjreng juga bagian penting dalam bermain gitar. Beda kecepatan juga akan menghasilkan lagu yang berbeda pula. Seharusnya aku tekun dalam latihan, setia dalam hal kecil seperti latihan menggenjreng ini. Aku ingat ketika bekerja di pabrik rokok. Pekerja baru diwajibkan belajar membuat rokok dengan sigaret contoh. Setelah jadi, rokok itu dibuka lagi dan tembakaunya dibuat rokok lagi. Begitu terus berulang-ulang selama seminggu. Saat pertengahan minggu aku mulai jenuh membuat rokok, membukanya lagi lalu membuat rokok lagi, sehingga aku hanya bermain-main dengan tembakaunya saja. Hasilnya, selama sebulan bekerja disitu, aku tidak bisa membuat rokok yang bagus dan rapi.

Aku tidak boleh jenuh berlatih memainkan gitar, karena sejak awal ini adalah tekadku. Hal-hal yang terjadi sebelumnya telah memberiku pelajaran penting sekarang. Latihan terus menerus memang membuat jenuh, namun akan memberikan hasil yang maksimal karena kita benar-benar memahaminya. Melalui hal ini, aku harus belajar setia dalam hal kecil agar aku bisa melakukan hal yang lebih besar seperti bermain musik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The 8th

WALITURA

Terminal Semester Ini