Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
....................
Di negeriku rupanya sudah diputuskan
kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa,
lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil
karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta,
sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan
dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh,
Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng,
Nipah, Santa Cruz dan Irian,
ada pula pembantahan terang-terangan
yang merupakan dusta terang-terangan
di bawah cahaya surya terang-terangan,
dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai
saksi terang-terangan,
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada,
tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang
menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.
IV
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.
kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa,
lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil
karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta,
sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan
dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh,
Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng,
Nipah, Santa Cruz dan Irian,
ada pula pembantahan terang-terangan
yang merupakan dusta terang-terangan
di bawah cahaya surya terang-terangan,
dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai
saksi terang-terangan,
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada,
tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang
menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.
IV
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.
Malu (aku) jadi orang Indonesia - Taufik Ismail
Tidak perlu disanggah, hanya perlu
dikomentari. Dan kau bisa setuju dan tidak setuju. Kau juga bisa membanggakan
negerimu karena negerimu ini adalah bangsa yang besar, terdiri dari banyak
budaya, banyak bahasa, banyak suku, banyak kekayaan alam dan kau juga bisa
menghujatnya habis-habisan karena kebobrokan moral yang ada, melihat pelacuran
ada dimana-mana, perdagangan anak dan wanita, serta melihat anak-anak yang
putus sekolah dan berkeliaran di jalan-jalan. Sehingga, seringkali yang ada
dalam benak kita adalah betapa memalukan bangsa kita ini yang kata orang adalah
negeri yang gemah ripah loh jinawi,
namun memiliki rakyat imoral dan miskin finansial. Kasian memang melihat negeri
ini dikhianati oleh anak bangsa sendiri, namun setiap orang pun telah skeptis
dengan keadaan negeri ini. Sehingga mereka tidak mau ambil pusing urusan
negera, karena urusan pribadi mereka lebih penting. Yang penting bisa makan,
tidur dan punya uang. Beres sudah.
Dan sekarang apakah kita akan diam saja mengetahui pertanyaan itu terus didengungkan dan keadaan negeri ini semakin memburuk saja? mari kita ubah isi prosa di atas.
Langit akhlak ditegakkan, di atas negeriku berdiri teguh
Hukum tegak perkasa, tak berderak meskipun ada badai datang
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berhiaskan senyuman dan wajah ramah
Dan kubusungkan dadaku
Bangga aku jadi orang Indonesia.
Hukum tegak perkasa, tak berderak meskipun ada badai datang
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berhiaskan senyuman dan wajah ramah
Dan kubusungkan dadaku
Bangga aku jadi orang Indonesia.
Komentar
Posting Komentar