Melepas untuk Memiliki

Kulihat raut wajahmu ketika menceritakan dia kepadaku. Kamu bilang kamu lega dan bahagia karena telah mengatakan semua yang ada di dalam perasaanmu, namun raut kecewa dan sedih tidak bisa hilang dari wajahmu. Kamu memang pandai menyembunyikan perasaanmu, kawan, namun waktu juga telah memberiku ruang untuk mengenalimu lebih dalam. Aku pun berusaha ceria dan mendukung setiap keputusan yang telah kau pilih demi hubungan kalian. Karena aku tahu bahwa kamu telah memilih hal yang terbaik dengan mengorbankan perasaan kalian bersama. Aku ingat ketika kamu dengan ceria dan merona menceritakan setiap detail yang kau lalui bersamanya setelah seharian kalian meluangkan waktu bersama. Bagaimana kalian berpura-pura marah hanya untuk memaksa salah satu diantara kalian menghabiskan sup buah yang kalian beli, bagaimana dia menculikmu dari rumah dan membawamu kabur ke daerah yang jauhnya 20km dari Salatiga. Bagaimana kamu menanti setiap pesan-pesan singkatnya muncul dari layar hpmu dan menemanimu yang tidak bisa tidur sampai larut malam. Dan aku pun teringat saat kamu dan dia sama-sama mengirimiku pesan hanya untuk mengabarkan bahwa kamu nakal, usil dan lucu serta kamu yang melapor kepadaku bahwa dia melakukan tindakan-tindakan yang membuatmu rikuh. Aku tersenyum dengan tingkah kalian yang seperti anak kecil sedang melapor kepada mamanya.
            Kamu menahan tangis. Kamu berusaha tegar saat mengucapkan kata-kata itu di depannya. Bahkan lebih banyak perasaan yang tertahan  ketika dia menawarkan untuk mencoba berhubungan dahulu tanpa memikirkan resiko yang akan muncul. Tetapi kamu menolak dengan perih dan tangisan yang tertahan. Kamu tidak tega menyakitinya lebih lagi.  “aku suka kamu tanpa berharap apapun, kita harus saling melepaskan untuk dapat saling memiliki diri kita yang lain. Aku pun melepas kamu, meskipun aku berharap memilikimu untukku sendiri. Percaya saja bahwa apa yang terjadi diantara kita ini adalah yang terbaik. Aku yakin dengan ini tidak akan ada beban diantara kita lagi, karena suatu saat kalau kita jodoh, kita pasti akan bertemu lagi. Aku hanya tidak ingin menjadi orang ketiga diantara kamu dan kepecayaannmu. Begitu juga sebaliknya.”
            Aku tahu betapa berat menjalani hubungan seperti kalian, yang berjalan apa adanya seolah tidak ada apa-apa yang terjadi diantara kalian. Namun aku juga kagum dengan kalian yang masih sama seperti dulu, tetap menjadi teman dan sahabat serta melepas perasaan masing-masing.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The 8th

WALITURA

Terminal Semester Ini