Penjajahan di Kelas
Selasa,
23 Oktober 2012
Semua orang berpikir dia aneh. Saya
pun juga berpikir demikian. Kadang-kadang
dia tersenyum sendiri dan menghindar ketika diajak ngobrol. Cara berpakaiannya
pun cenderung tidak match dan gaya
rambutnya seperi model tahun 90’an. Mungkin ini memang suatu bentuk ‘sanksi’
dari perbedaan norma mode, ketika hampir semua orang berpenampilan sesuai
dengan perkembangan jaman tetapi dia tampil berbeda, sehingga sebagai sanksinya
dia dicap aneh. Namun saya tidak mempermasalahkan penampilan karena memang
semua orang punya selera yang berbeda-beda. Saya hanya merasa aneh dengannya
karena dia tidak mau berbaur dengan teman-teman yang lain dan selalu
menyendiri. Sehingga teman-teman suka menggodanya atau mentertawakannya, bahkan
dosen pun senang membuat lelucon tentang dia. Dan saya pikir dia mengalami
bully. Bullying dari kata dasar “bully” yang artinya menggertak
mempunyai sinonim dengan kata intimidasi. Intimidasi dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia berarti tindakan
menakut-nakuti (terutama untuk memaksa orang atau pihak lain berbuat sesuatu);
gertakan; ancaman; dan lazimnya kita mengenalnya sebagai sebuah
penindasan. Jenis-jenis bullying tidak hanya penindasan secara fisik tetapi
juga lisan dan tulisan. Banyak di antara kita yang memahami bahwa bullying
hanyalah sebuah tindakan penindasan secara fisik, padahal bullying yang acap
kali terjadi di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi adalah bullying secara
lisan dan tulisan. Bullying secara lisan dan tulisan ini bisa berupa ancaman,
paksaan, penghinaan, ejekan, menakut-nakuti, dll.
Namun akhir-akhir ini dia mulai
merubah penampilannya. Dia mulai memakai baju model-model anak muda, sepatu
balet dengan warna mentereng dan menguncir rambutnya. Bahkan dia mulai membawa
bedak di kelas. Saya juga heran dengan perubahan yang dilakukannya. Yang
akhirnya saya tahu karena dia sedang dekat dengan seorang lelaki. Tetapi ini
malah menjadi bahan baru bagi teman-teman yang lain untuk menertawakannya.
Sebelum kelas hari ini, dia duduk ditempat tengah paling pojok dan mulai
berdandan. Dan teman-teman yang lain juga mulai menertawakannya, ada yang tertawa sambil jongkok dan memegangi
perutnya, tertawa cekikikan, berbisik-bisik satu sama lain bahkan ada yang
menawarkan jasa untuk memakaikan make up.
Lagi-lagi dia hanya menggeleng dan menatap teman-teman yang lain.
Saya merasa kasihan dengannya.
Mungkin sikap saya memang tidak tepat, karena saya mengasihaninya bukan
mengasihinya. Namun rasa empati saya benar-benar membuat saya sedih melihatnya.
Mereka yang ‘normal’ dan memiliki kelebihan fisik maupun kelebihan dalam bidang
tertentu, malah mengejek orang-orang yang berbeda. Teman-teman saya pun juga
merasa kasihan, meskipun kami memang tertawa jika melihat dia digoda oleh yang
lain atau bertingkah konyol. Namun bukan berarti kami melegalkan sikap
merendahkan dan membuat orang lain menjadi minder seperti itu. Saya berharap
dia akan berubah menjadi cantik dan membuat semua orang menjadi tercengang.
aku sepertinya tau siapa yg kau maksud kawan :D
BalasHapus