Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2014

21 tahun

Gambar
29 Juli 2014 Tahun ini, hari ulang tahunku bertepatan dengan hari raya kedua Idul Fitri. Tidak ada yang istimewa dengan hari ini, karena semua aktivitas berjalan seperti biasa. Yang membedakan adalah sms dari beberapa teman (yang ingat dan yang masih mengingat) ‘selamat ulang tahun’,  dan ‘terima kasih’ balasku. Dulu sewaktu aku masih SD, aku berpikir bahwa pertambahan usia selalu dibarengi dengan kenaikan kelas. Aku berulang tahun pada bulan Juli dimana pada saat yang sama tahun ajaran baru juga sedang dimulai. Di saat itulah terkonsep suatu ide bahwa setiap naik kelas, orang pasti bertambah usianya. Dan aku ingat sekali pernah melakukan perbantahan dengan temanku yang mengatakan bahwa dia akan berulang tahun. Aku mempertahankan pendapat bahwa usianya tidak bertambah karena dia tidak naik kelas, yang akhirnya dia balas dengan ekspresi wajah pasrah dan tidak mau tahu. Ketika aku naik kelas tiga SD, saat aku mulai belajar IPA serta IPS, otakku mulai mengajakku untuk berpik...

Tresno Itu Tidak Selalu Karena Kulino

Gambar
         5.12 pm          Matahari yang hampir terbenam belum sepenuhnya tertelan bumi. Hanya awan yang mulai menutupinya. Aku terus mengamati gerakan perlahaan itu sembari memikirkan perjalananku sehari ini. Pagi tadi, pukul 8.30am aku menyusuri jalanan untuk menuju Sragen dengan tujuan mengantar tas untuk anak sekolah minggu di gereja tempat Deni melayani. Jalanan yang rusak dan berlubang sempat menyadarkanku untuk apa aku menemui mereka? Aku belum pernah bertemu dengan anak-anak itu, bahkan belum lama mengetahui mereka. Mereka hanyalah topik pembicaraan antara aku dan Deni. Topik pembicaraan yang akhirnya menjadi sebuah keputusan yang bulat, kami akan usaha dana dan memberikan paket alat tulis untuk mereka dan tas bagi yang membutuhkan. Perjalanan yang hampir dua jam itu membuatku terus berpikir, mengapa aku mendedikasikan semua uang sakuku untuk membantu mereka karena usaha dana yang hanya menghasilkan kurang dar...

Brian

Gambar
Aku berterima kasih kepadamu karena kamu selalu membantuku melakukan semua aktivitasku. Kamu tahu sendiri, banyak hal yang harus kulalukan dalam satu hari. Terkadang aku membawamu melaju cepat atau tidak berhati-hati ketika bersamamu. Tetapi kamu menyadarinya, kamu mempermudahnya dan meringankan tenagaku. Kamu menemaniku kemanapun aku pergi dan kamu menjadi saksi dalam banyak hal yang telah kulakukan. Entah itu hal baik atau buruk yang telah kulakukan dan kamu sangat bisa kupercaya. Tetapi sekarang aku tengah kesulitan kawan, karena setelah semua semua yang kudedikasikan kepadamu, kamu masih menuntut perbaikan lebih. Setelah tiga kali aku mengeluarkan uang yang tidak sedikit pun, kamu masih menuntut perawatan yang lain. Apakah ini akan menjadi yang terakhir di tahun ini?

Dibalik Bentuk Sederhana Itu

Gambar
Selasa, 15 Juli 2014 ; 7pm “Selamat ulang tahun kami ucapkan, selamat panjang umur kita kan doakan…….” lagu itu bergema di telingaku diiringi suara tepukan dari tanganku. Juga tawa orang-orang menambah layangan frekuensi suara sehingga tampak sekali ada banyak orang berkumpul di dalam ruang tamu. Mereka seperti tidak merasakan dinginnya udara malam ini atau angin yang bertiup sedikit kencang. “Tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga…..” ritual kalau ulang tahun , pikirku. Entah meniup lilin itu menyimbolkan sesuatu atau tidak, tetapi inilah yang semua orang lakukan ketika berulang tahun. Meniup lilin dan memanjatkan doa. “Astaga lilinnya.” Celetuk salah seorang dari keluarga itu dan diikuti oleh suara gelak tawa. Aku melihat lilin itu dan ikut tertawa. Memang lilin itu bukanlah lilin yang biasa dipakai untuk pasangan kue ulang tahun, karena bentuknya agak besar dan berwarna putih. Tetapi pasangan lilin itu juga bukan kue yang biasa yang terbuat dari tepung, t...
Gambar
Setelah mengucapkan salam, dia segera duduk di hadapanku tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku melihat jarinya mengetuk-ngetuk dan kepalanya mengangguk berirama. “Bermain musik dengan pikiran dalam imajinasi” begitu kataku kepadanya. Lalu dia akan membalasnya dengan senyuman dan setelah itu jarinya kembali mengetuk dan irama kembali mengalir dalam pikirannya. Aku mengangkat bahu dan kembali memainkan gitar dengan kunci yang sedang kulatih. “Mengapa susah menggenjreng gitar?” kataku dengan mengerutkan kening. Dia tertawa. “Dilatih dulu yang kemarin. Harus tekun!” Aku menyambut tawanya. “Kamu kan sudah  expert  De, memainkan musik dengan pikiranmu pun bisa.” Lalu dia meminta gitar itu dan memainkan satu lagu dengan sempurna. Sejak 5 tahun aku berlatih memainkan gitar, aku masih saja kehilangan tempo ketika memainkan gitar dan belum bisa menggejreng lagu yang bertempo cepat. Bahkan hanya kunci-kunci dasar saja yang kumengerti. Dulu aku pernah berdalih bahwa gitar yang kumil...

Sudut Pandang

Gambar
Pikiranku teringat ketika aku berkunjung ke rumah Berta di Majalengka bulan Desember tahun lalu. Kami pernah menghabiskan sore dengan bermain kartu remi, yang aturannya sedikit berbeda dari yang kuketahui. Disini kartu joker bisa mengganti kartu apapun sebagai pelengkap, tetapi joker tidak boleh dijatuhkan untuk kumpulan kartu yang baru pertama kita kumpulkan (kuharap anda paham cara bermain remi). Merasa memahami aturan mainnya, akupun ikut bermain. Tetapi sial sekali bagiku, tidak sekalipun aku memenangkan pertandingan, bahkan skorku terus berkurang hingga minus. Dan berkali-kali pula aku kalah karena dua kartu joker yang kumiliki. Kartu joker itu seharusnya bisa membuatku menjadi pemenang, tetapi kartu itu malah menjadi boomerang bagiku karena aku tidak bisa mengumpulkan kumpulan kartu pertama. Padahal kalau kita kalah dengan joker ditangan, maka skor kita yang berkurang semakin banyak. Dengan ejekan dan candaan aku menerima kekalahan itu, mereka menyalahkanku yang tidak bisa m...

Mimikri

Gambar
Aku menghembuskan nafas panjang setiap melihat tumpukan barang yang berjajar sangat tidak teratur di dalam rumah tersebut. Bagaimana menata kembali semua kekacauan ini? semua berserakan, semua tidak berada tempatnya dan harus dibenahi, semua menjadi kotor dan penuh debu. Belum lagi telinga ini harus tajam karena mendengarkan setiap omelan dan perintah-perintah dari mama. Tetapi buat apa mengeluh, ini juga bukan pertama kalinya terjadi, ini sudah kali keenam aku berkutat dengan kakacauan karena pindah rumah. “Astaga ma, kenapa semua pakaian ini disimpan? Tidak ada gunanya, tidak ada yang akan memakai.” “Biar saja, kan sayang kalau dibuang, dulu belinya juga susah.” Jawab mama enteng sambil menata gunungan baju yang sebenarnya sudah ketinggalan jaman dan tidak terpakai. Aku mengangkat bahu. Tidak mau ikut campur dan aku segera pergi ke kamarku. Lebih baik menata kamarku daripada berdebat dengan ibu sendiri. Kembali aku menghembuskan nafas panjang. Pindah rumah bukanlah hal yang ...

Adikku...

Gambar
Aku marah dengan adikku karena dia mencuri Hp mama yang disimpan di dalam tas. Aku sampai kehabisan kata-kata dengan ulahnya yang sering membuatku marah dan kecewa. “Aku jengkel.” Begitulah alasan yang dia katakan ketika ketahuan mencuri. Aku tidak tahu lagi harus marah seperti apa. Seharusnya dia sudah bisa berpikir dewasa karena usianya 14 tahun dan dia juga memiliki adik. Tetapi dia tetap manja dan semakin keras sifatnya. Selalu sulit dinasehati dan selalu ribut dengan adiknya. “Aku tidak pernah membesarkan pencuri, tidak pernah punya adik pencuri!” kataku sambil masuk ke kamarku. Dalam hati aku menangis, mengapa adikku seperti itu? Apa selama ini aku kurang memperhatikannya yang sedang dalam masa pertumbuhan? Aku keluar dari kamarku dan menuju ke kamar mandi, dan aku melihat adikku sedang menangis. Baguslah kalau dia merasa bersalah, pikirku. Aku tidak ingin marah-marah karena itu hanya akan membuatnya benci kepadaku. Lebih baik aku marah karena mengasihinya dan membuatnya...