21 tahun
29 Juli 2014
Tahun ini,
hari ulang tahunku bertepatan dengan hari raya kedua Idul Fitri. Tidak ada yang
istimewa dengan hari ini, karena semua aktivitas berjalan seperti biasa. Yang
membedakan adalah sms dari beberapa teman (yang ingat dan yang masih mengingat)
‘selamat ulang tahun’, dan ‘terima kasih’
balasku.
Dulu
sewaktu aku masih SD, aku berpikir bahwa pertambahan usia selalu dibarengi
dengan kenaikan kelas. Aku berulang tahun pada bulan Juli dimana pada saat yang
sama tahun ajaran baru juga sedang dimulai. Di saat itulah terkonsep suatu ide
bahwa setiap naik kelas, orang pasti bertambah usianya. Dan aku ingat sekali
pernah melakukan perbantahan dengan temanku yang mengatakan bahwa dia akan
berulang tahun. Aku mempertahankan pendapat bahwa usianya tidak bertambah
karena dia tidak naik kelas, yang akhirnya dia balas dengan ekspresi wajah
pasrah dan tidak mau tahu. Ketika aku naik kelas tiga SD, saat aku mulai
belajar IPA serta IPS, otakku mulai mengajakku untuk berpikir nalar. Lalu bagaimana
dengan anak-anak balita yang belum sekolah, orang-orang tua yang tidak pernah
sekolah dan bapak ibu yang sekarang sudah tidak sekolah? Tetapi aku tidak
pernah ambil pusing mengenai urusan ini, karena pada saat aku belajar tentang
seberapa besar dunia dan apa itu Indonesia di kelas 4 SD, aku telah memahami
bahwa setiap orang bertambah usianya menurut tanggal mereka keluar melihat
dunia ini.
Hari ini berjalan seperti biasa. Aku mengantar nenekku
membeli sepatu ke pasar, menemani adikku membeli cupang dan makan ice cream
bersama keluargaku di rumah (minus mama karena mama sedang pergi ke Semarang). Bukannya
aku mengharapkan sesuatu yang luar biasa terjadi padaku hari ini. Tidak. Ini hanya
membuatku berpikir bahwa setiap bertambahnya usiamu, bertambah pula tanggung
jawabmu. Dan mungkin saja lambat laun orang bisa jenuh dengan ulang tahun.
“Selamat….anda semakin dekat dengan
masa tua, hahahaha,
Hbd dit, GBU”
Aku membenarkan sms Edwin. Setiap tahun usiamu bertambah
dan kau akan jenuh dengan hal-hal yang dulu kau nantikan seperti acara ulang
tahun yang meriah. Esensinya juga tetap sama, usiamu bertambah. Atau mungkin
kalau Peter Pan itu benar-benar ada di dunia nyata, aku akan bergabung
dengannya (mungkin membuat group di FB atau sosmed lainnya) karena aku dan Edwin
sepakat bahwa ketika kita semakin tua, kita tidak akan bisa memandang hidup
seperti sekarang dan menikmatinya seperti yang kita lakukan. Alasannya ya itu
tadi, semakin bertambah usiamu, semakin bertambah pula tanggung jawabmu. Tidak mungkin
ketika kita berusia 30 tahun, sudah menikah dan beranak, kita akan tetap
keluyuran dengan teman-teman.
Siangnya, aku menerima ajakan teman-teman gereja untuk
berkunjung ke rumah mbak Yuli di Banyumanik, teman yang memiliki hari ulang
tahun yang sama denganku! Kami beramai-ramai membully dia dengan air cucian dan air terasi, lalu mengikatnya di
pohon. Kami menghabiskan siang di rumah itu, sampai akhirnya kami pulang di
sore harinya. Sebelum mengistirahatkan diri, aku menyempatkan diri mampir ke
rumah Puput. Ternyata dia memberikan sebuah kado padaku. Kado yang membuatku
terharu karena kami sudah jarang bertemu mengingat tempat kuliah kami yang
berbeda. Rasa haru yang lain muncul, dibarengi dengan rasa bersalah setelah
membaca sms dari teman SMPku, Riana. Setiap tahun dia tidak pernah absen
mengucapkan selamat ulang tahun padaku padahal aku tidak tahu tanggal lahirnya.
Hubungan kami pada waktu itu akan sangat akrab kalau aku tidak menutup diri dan
cuek dengan keadaan sekitarku. Entahlah, mengingat masa SMPku yang sangat datar
membuatku ingin mengulangnya. Aku ingin belajar membuka diri, tidak cuek, dan
tidak minder mengingat aku bisa mempunyai banyak teman pada waktu itu.
Sesampaiku di rumah, dua temanku datang, Prina dan Devi.
Mereka menginap di rumahku, menemaniku menghitung mundur penghabisan hari ini. Dan
menjadi saksi ketika Jeee datang pada jam 10 malam, membawa kado yang
terbungkus plastik dan saudaranya yang sering diceritakan kepadaku. Memang tidak
romantis dan tidak meninggalkan cerita apapun, tetapi aku tahu Jeee telah bersusah
payah untuk datang menemuiku untuk membuat ulang tahunku menjadi berkesan.
Begitulah hari ini kuakhiri. Meskipun hari ini sama seperti hari-hari yang
lain, tetapi ada baiknya juga kalau kuanggap hari ini istimewa. Bukankah ini
titik awal usia 20ku?
Ulang tahun bagiku seperti pedang bermata dua. Satu sisi
berisi kebahagiaan, dimana semua orang yang mengenalmu ikut berbahagia karena
ternyata kau masih hidup, ditandai dengan bertambahnya usiamu. Mereka memberimu
hadiah dan ucapan, atau juga lemparan tepung, telur, saus, kecap, air cucian,
dll. Di sisi lain berisi perenungan. Kau semakin tua, semakin pendek usiamu
tetapi semakin panjang tanggung jawabmu. Semua hanya tergantung sikap kita
dalam menyikapi kepercayaan yang diberikan Tuhan bagi kita untuk mengambil
tanggung jawab dan sikap dewasa di usia kita ini.
Komentar
Posting Komentar