Hujan
Aku
menunggu hujan datang. Langit telah mendung dan angin berhembus dengan keras,
namun hujan tak kunjung datang. "Jangan datang," kata temanku, "Pasti
akan deras sekali kalau hujan." Tapi aku ingin hujan-hujan jawabku.
"Bodoh! Kamu kan lagi sakit, kenapa malah hujan-hajan." aku
mengangkat bahu.
Tapi
aku suka hujan, kataku dalam hati. Hujan seperti meluruhkan semua masalahku
bersamaan dengan guyuran air yang membasahiku. Dan yang terpenting adalah hujan
akan menyembunyikan tangisku, karena orang lain tidak bisa membedakan yang mana
air hujan, yang mana air mata. Aku ingat ketika aku masih SMA, ketika aku
dan teman-teman gereja sedang menyiapkan acara ibadah natal, aku bertugas
menjadi pemimpin acara. Tapi senior gereja menolakku dengan kasar, dia
menginginkan orang yang lebih profesional dalam memimpin. Dalam senyuman
singkat aku menanggapinya dengan gembira dan mengatakan kalau memang lebih baik
yang senior yang memimpin acara. Lalu aku berpamitan pulang saat hujan turun
sangat deras. Penolakan itu benar-benar membuatku sakit dan merasa tidak
berharga, tapi hebatnya aku tidak menangis sama sekali. Mungkin air hujan telah
menggantikannya.
Sekarang
aku ingin merasakan air hujan lagi. Agar Sang Ilahi tahu kalau aku sedang
memiliki masalah. Adik perempuanku sekarang tidak tinggal di rumah, tetapi
menginap di rumah orang lain yang jaraknya hanya 10 menit dari rumah. Ibu sudah
sering menyuruhnya pulang, daripada hanya menengok keluarga seminggu sekali
seolah-olah kami pesakitan yang harus ditengok. Tapi seberapa besar usaha kami
dan seberapa banyak ai mata ibu yang tertumpah bagi adikku, sama sekali tidak
bisa membuatnya terus pulang. "Dia sudah mengenal Tuhan dan ingin mandiri,
Dia ingin fokus melayani Tuhan, kalau di rumah dia bahkan tidak bisa bangun
pagi untuk berdoa." kata kakak rohaninya yang kemarin malam datang ke
rumah. "Tapi dia tetap mengasihi keluarganya, menyayangi ibu juga."
Betapa luar biasanya kekuatan
komunitas pemujaan itu?! Bisa membuat seseorang melakukan hal di luar rasionya.
Doktrin-doktrin dan ajaran yang membuat mereka benar-benar militan untuk
menyebarkan agama dan membuat orang-orang menjadi percaya. "Kalau kamu mau
kami juga bisa membawa Tuhan kepadamu." Ya Tuhan, mengapa sekarang
seolah-olah Tuhan ada banyak, dan tuhan mereka itu berbeda dengan keyakinan
kami.
Terserah dengan semua
kepercayaan itu, yang keluargaku inginkan adalah semua kembali normal, ibu
ingin adikku pulang dan dia kembali sadar bahwa mengasihi itu dimulai
dari keluarga. HUjan telah turun dengan deras. Sepertinya aku ingin
hujan-hujan.
Komentar
Posting Komentar