2 Maret 2014


Hari kedua di desa Puncu
Kami semua bangun pagi-pagi dan telah ribut mencari kamar mandi untuk membuang sampah dari perut. Tetapi karena tidak ada air yang cukup, terpaksa kami menahan sakit perut. Beberapa ada yang menyerah dan menumpang kamar mandi milik warga sekitar

Jam 7.30
Aku mengikuti rombongan yang akan pergi ke desa Sukomoro, 1 km dari camp. Rencananya kami akan membantu warga untuk memperbaiki rumah mereka. Tetapi ketika sampai di sana, aku, Putri, Eky dan Arlinka disuruh membantu di dapur umum milik anak-anak pramuka dari Trenggalek. Kami berkenalan dengan mereka yang ternyata masih SMP dan SMA. Tak lama di sana, aku dan Arlinka dipanggil untuk membantu mengangkat pasir di sebuah rumah sederhana tak jauh dari dapur umum. Dengan senang hati kami meninggalkan dapur umum dan melakukan pekerjaan yang kami inginkan itu. 
Lalu beberapa teman-teman relawan yang lain datang. Mereka membantu menyelesaikan memperbaiki dua rumah yang rusak, mengganti genteng-genteng yang rusak dengan asbes. Aku beserta teman-teman yang perempuan membantu masyarakat sekitar mengambil air ketika tangki yang mengangkut air datang. Kami menyelesaikan pekerjaan kami sampai pukul 3 sore, hingga tiba kami harus bersiap-siap pulang ke Salatiga. 

Jam 16.30
Kami kembali tergoncang-goncang dalam truk tentara. Kali ini truk melaju dengan kecepatan tinggi. Dan dalam waktu dua setengah jam kami telah sampai di Caruban. Benar-benar perjalanan tercepat yang pernah kutempuh. Bahkan sopir truk yang kutumpangi tidak sadar telah memecahkan spion truk lain ketika dia merepet ke truk itu. Perjalanan ini berhasil membawa kami pulang ke Salatiga pada jam 11.20 malam. 

Meskipun aku lelah dan mengantuk, tetapi aku benar-benar menikmati pengalamanku ini. Semua menjadi impas dengan pengalaman yang kuperoleh. Pengalaman yang memberiku nasehat tentang ketulusan dan rasa empati kepada orang lain.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

The 8th

WALITURA

Terminal Semester Ini