Creativity

Saya berhenti sejenak dan melihat sebuah tarian tradisional yang disuguhkan oleh seorang lelaki separuh baya di perempatan penjara. Dia menari diiringi musik sederhana kenong yang ditabuh oleh lelaki lain yang duduk di pinggiran jalan. Setelah menari, lelaki itu mengedarkan sebuah mangkok kepada beberapa mobil yang sedang menanti lampu hijau.

Sewaktu saya pergi ke Jogja dan berjalan di depan benteng Vredenberg, saya melihat seorang lelaki yang memakai kostum pocong. Lalu dia menawarkan jasa foro bersama dengan imbalan sukarela. Tertarik dengan keanehan tersebut, saya beserta dua orang teman saya pun berfoto dengan pocong jadi-jadian tersebut.

Sejenak saya berpikir bahwa sekarang ini jumlah orang yang kreatif dalam mencari uang semakin bertambah. Orang-orang tersebut berusaha mencari celah sekecil apapun untuk bisa menghasilkan uang. Terkadang mereka datang dari desa yang jauh, pergi ke kota, lalu mereka mengamen dengan cara yang unik. Ada pula yang datang membawa anak-anak yang masih kecil dan meminta anak-anak kecil itu menari sedangkan orang tua mereka menerima uang dari orang-orang yang lewat. Ketika saya melihat mereka pun perasaan iba sekaligus geli muncul dalam hati. Saya geli melihat anak-anak kecil atau orang-orang dewasa yang menari tanpa malu, tetapi saya juga merasa iba kepada mereka. Ternyata mencari uang tidak semudah angan-angan dan nasehat orang tua. Tidak cukup hanya dengan sekolah yang tinggi agar bisa bekerja, namun juga harus kreatif dan tekun.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

The 8th

WALITURA

Terminal Semester Ini