Idealisme dan Ambisi
Aku tidak bisa membedakan mana yang merupakan
ambisiku, obsesiku atau idealismeku. Semuanya hampir sama menurutku. Aku tidak
bisa membedakan mana yang harus kuperjuangkan sehingga itu menjadi ambisi atau
obsesiku dan mana yang seharusnya menjadi angan-anganku saja karena itu pasti
tidak akan bisa terwujud.
Ketika aku mendengar bahwa penelitian tentang
bahasa isyarat tidak bisa menjadi sebuah judul skripsi, aku langsung teringat
dengan semua mimpi dan ambisi yang pernah kubangun tetapi tidak ada satu pun
yang terwujud. Aku pernah berambisi menjadi dokter (atau setidaknya bekerja di
bidang kesehatan), namun tidak lolos seleksi masuk perguruan tinggi jurusan
kedokteran. Sehingga sekarang hanya menjadi mimpiku saja.
Saat ini pun aku tidak bisa membedakan apakah
judul skripsi itu hanyalah sekedar angan-angan saja sebagai wujud dari
idealismeku atau bisa terwujud dengan usaha yang keras dan obsesi yang besar. Karena
sebagian besar orang di sekitarku sanksi dengan penelitian ini, bahkan dosenku
pun meragukannya. Tetapi sebagian orang di belahan bumi lain berhasil melakukan
penelitian mengenai bahasa isyarat.
Aku sendiri menjadi sanksi dan takut
mengalami kegagalan lagi. Takut diejek dan direndahkan orang karena perbuatan
yang kulakukan. Apakah aku harus mendengarkan perkataan teman-temanku untuk
mengambil makalah dan literature yang lebih mudah daripada skripsi dan
linguistics yang biasanya membuat mahasiswa lama lulus kuliah?
Komentar
Posting Komentar