Another Day in Tarup
Deni dan saya duduk-duduk di beranda dan bermain gitar. Melihat orang-orang
yang bermain gitar di gereja, membuat tangan Deni gatal untuk memetik gitar.
Hari ini seperti hari libur bagi kami semua. Tidak ada aktivitas lagi setelah
kami mengunjungi gereja. Saya tersenyum mengingat pengalaman ini. Ada perasaan
yang tidak percaya bahwa saya telah sampai di daerah ini untuk melihat
bagaimana masyarakat suku hidup dan bagaimana misionaris melayani mereka. Tetapi
orang-orang yang berbicara dalam bahasa sangat tidak saya mengerti di gereja
menyadarkan saya bahwa ini semua nyata.
Saya senang melihat mereka membuka
hati mereka untuk Tuhan. Dan di sisi lain, hal itu juga yang membuat para
misionaris itu sedih. Mereka tidak benar-benar mengenal Tuhan dengan benar. Hanya
sebatas kepercayaan dan pengetahuan pendeta saja, mereka mengenal Tuhan. Biasanya
pendeta-pendeta itu dilantik setelah ada kunjungan misionaris selama seminggu
atau dua minggu. Sehingga mereka masih menerima ajaran yang tidak sesuai dengan
alkitab.
“Tidaklah mudah mengajar
masyarakat di sini. Butuh bertahun-tahun untuk membuat mereka sadar,” cerita
ibu Joy. “Mengajarkan hidup sehat saja sulit. Bagi mereka, kematian orang-orang
atau bayi mereka adalah hal yang biasa.”
Lalu cerita tentang kematian
dan penyakit mulai mengalir. Orang-orang di sini terbiasa mengubur hidup-hidup
bayi mereka kalau mereka sudah memiliki banyak anak. Mereka juga mulai memberi
makan ubi-ubian kepada bayi-bayi yang baru lahir. Mereka berpikir bahwa bayi
mereka harus mengenal hasil bumi, sehingga roh bumi tidak mengambil roh mereka.
Bahkan mereka jarang menyusui bayi mereka. Mereka tidak mengajar dan mendidik
anak-anak mereka seperti selayaknya orang tua. Tetapi hanya memberi makan dan
membiarkannya saja. Jadi beberapa tahun yang lalu bisa dipastikan bahwa 9 dari
10 bayi meninggal.
Beberapa kali mereka meminta
Ibu Joy untuk mengadopsi bayi mereka. Tetapi dengan berat hati dia harus
berkata tidak karena jika ada satu bayi yang diadopsi, pasti semua ibu ingin
bayi mereka diadopsi. Dan tidak jarang, beberapa setelah permintaan itu, mereka
akan mendengar bahwa bayi itu mati.
Beberapa tahun yang lalu juga,
hampir semua anak memiliki penyakit borok di bagian pantat dan punggung mereka.
Karena ibu mereka memasukkan mereka ke dalam noken dan menggendong mereka kemanapun ibu pergi. Kalau mereka
menangis karena lapar, ibu akan memutar noken ke depan dan memberi makan. Mereka
akan dibiarkan saja kalau mereka membuang kotoran dan pipis. Sehingga mereka
semua mempunyai borok dan mempunyai penyakit kulit.
Keadaan sekarang jauh lebih
baik. Ibu-ibu mulai merawat dan menyusui anak mereka. Mereka sudah berpakaian
dan mencuci baju mereka. Perubahan ini perlu proses yang panjang. Perlu dibuktikan
dengan kematian demi kematian kalau hidup mereka tidak sehat, setelah itu
mereka baru percaya. Sehingga untuk mengajar mereka tentang kebenaran alkitab
juga perlu proses yang panjang pula. Tetapi tahun ini mereka akan mulai
mengajar alkitab dan sudah menerjemahkan beberapa pelajaran ke dalam bahasa
suku.
Komentar
Posting Komentar