Jejak yang Tertinggal
Saya memandangi landasan pesawat itu dari teras rumah panggung di mana saya
tinggal. Setiap kali saya memandang jauh, saya selalu melihat pemandangan luas
yang tidak terbatas. Gunung-gunung yang menjulang, pohon-pohon yang hijau,
langit yang terbuka dan tanah yang luas. Seakan mata saya tidak mampu menampung
semua pemandangan ini.
Dari atas anak-anak yang
berseragam berjalan turun ke sekolah. Mereka menggendong noken dan memanggul kayu bakar.
“Lapmum,” teriakku kepada mereka. Mereka selalu membalas dengan
sapaan yang sama. Ingin sekali saya mengikuti mereka ke sekolah dan melihat
bagaimana mereka belajar. Tetapi ini hari terakhir kami di Tarub. Diperkirakan
pesawat akan datang menjemput kami jam 9, sehingga tidak ada waktu untuk pergi
ke tempat lain.
Jalanan yang saya lalui,
orang-orang yang saya temui, dan pengalaman yang saya terima sangat membekas di
hati saya. Meninggalkan jejak mendalam di dalam kenangan saya. Ah pengalaman
ini, bagaimana saya bisa lupa, kalau orang-orang inilah yang memanggil hati
saya untuk terjun dalam panggilan ini.
Saya tahu, tanah ini akan
memanggil saya untuk kembali!
Komentar
Posting Komentar