Pertunjukan Reog

Saya berdiri di belakang orang-orang yang yang lebih tinggi dari saya. Sehingga saya hanya melihat punggung-punggung mereka dan mencium baru keringat mereka. Saya mencoba mendesak ke barisan paling depan. Tetapi orang-orang berbadan tegap itu tidak mampu kutembus. Mereka terlalu serius melihat pertunjukan reog yang ada di depan mereka. Bahkan setiap ada kesempatan, mereka akan semakin maju sehingga mereka bisa melihat dengan jelas. Ah dimana adik kecil saya. Badannya yang kecil telah menghilang di antara kerumunan itu. Lalu saya memberanikan diri untuk meneriakkan nama adik saya berulang kali. Tetapi tidak juga kulihat sosoknya. Orang-orang hanya melihat saya sekilas lalu melengos. Mereka tidak peduli.
Mereka belajar kolusi, korupsi dan nepotisme dari hal sederhana. Lihat saja di panggung itu. Di antara para penabuh gamelan dan sinden itu, berdesak-desakkan anak-anak kecil dan orang dewasa yang berebut tempat duduk di sekitar panggung. Dan hanya orang yang kenal dengan penghuni panggung saja yang bisa duduk disitu. Sehingga orang-orang itu tidak perlu berdesak-desakan dan berdiri di sekitar lapangan. Mereka telah mendapatkan tempat spesial di atas panggung itu.
Tiba-tiba saja, salah satu pemain reog itu mengamuk dan berlari ke arah penonton, sehinggga mereka mundur. Saya menggunakan kesempatan itu untuk menyeruak ke depan barisan. Saya menoleh ke kanan dan ke kiri tetapi tetap tidak kulihat adik saya. Saya mulai panik dan tidak fokus lagi dengan tontonan itu. Sedangkan orang-orang mulai mendesak saya ke depan agar bisa melihat dengan jelas. Aku merasa nafas seseorang menghembus ke rambut saya dan dadanya menempel di punggung saya. Ah betapa tidak menyenangkan hal ini. Saya menggerakkan tubuh agar dia sadar bahwa saya tidak menyukai hal ini. Tetapi mereka hanya mengambil jeda sejenak lalu akan mendesak lagi.

Ketika akhirnya kulihat adik saya yang berjongkok di barisan paling depan, saya berteriak memanggil namanya. Dia menoleh dan berjalan susah payah menghampiri saya. Segera saya mengajaknya pulang karena tidak tahan dengan suasana hiruk pikuk ini. Mungkin saya memang tidak cocok berada di keramaian seperti ini. Kerumunan orang selalu membuat mata saya lelah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The 8th

WALITURA

Terminal Semester Ini