Saya Tersenyum

Matahari semakin meninggi dan membuat hawa semakin gerah serta panas. Namun dari bawah terlihat rombongan anak-anak kecil. Ada yang bertelanjang dada, menenteng sepatu mereka dan berlari menjauh ke atas ketika didekati. Ada juga yang tersenyum malu-malu ketika ditanya dan bersembunyi di balik teman mereka yang tidak kalah kecil dengan tubuh mereka.


“Sekolahnya dimana dek?” kami bertanya

“Di bawah sana –menyebutkan desa-“

“Hah...jauh sekali.” Kami kaget mereka bersekolah disana, jarak dari rumah ke sekolah mereka ada sekitar 3km. Dan medan yang harus ditempuh oleh mereka adalah jalanan yang menanjak.

Kami berdecak kagum melihat semangat mereka untuk menuntut ilmu. Jarak yang jauh dan jalanan menanjak mereka tempuh setiap hari. Kalau mereka itu saya, saya pasti sudah tidak mau sekolah.

“Apakah tidak ada angkutan umum yang lewat sini dek?” mereka menggeleng dengan tersenyum malu-malu.

Saya tersenyum mendengar jawaban mereka dan geli melihat tingkah mereka yang seolah-olah takut kepada kami. Memang kabar tentang penculik sedang marak di kalangan masyarakat, namun wajah kami tidaklah menyiratkan bahwa kami penculik. Melihat semangat mereka, saya menjadi berpikir betapa beruntungnya saya yang tidak mengalami hal seperti mereka. Tinggal di pedesaan yang jauh dari pusat kota dan fasilitas umum. Harus kuat berjalan kaki karena jarak satu dusun ke dusun lain terpisah beberapa kilometer. Tetapi mereka dengan wajah polos dan semangat yang membara melakukan semua aktivitas dengan senyuman. Seandainya semua generasi muda memiliki semangat seperti mereka.....hmmmm.................

Saya tersenyum melihat mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The 8th

WALITURA

Terminal Semester Ini